Minggu, 01 September 2019

Artikel Tentang Asimilasi dari Musik Dangdut sebagai Salah Satu Seni Musik Indonesia


Bab I
Pendahuluan

a. Latar Belakang


https://scontent-sin1-1.xx.fbcdn.net/hphotos-xfp1/v/t1.0-9/12239716_793610270767119_6175703301035865560_n.jpg?oh=67fd0f97d475bb012c180da0fd192a2e&oe=56E3CED4
Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki cipta, rasa, karsa, dan karya. Karena manusia memiliki kemampuan untuk berfikir, maka manusia dapat menciptakan kebudayaan. Salah satu unsur penting dalam kebudayaan adalah kesenian. Di antaranya jenis kesenian yang ada ialah musik yang merupakan produk budaya yang tertinggi atau merupakan keindahan seni yang tertinggi. Musik dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat walaupun bukan merupakan dasar eksistensi hidup manusia, akan tetapi musik juga sebagai dasar sosial dan budaya masyarakat. Di Indonesia berkembang berbagai warna dan aliran seni musik dan seni suara.dan dangdut adalah salah satu hasil karya masyarakat Indonesia.Dalam perkembangannya lagu-lagu dangdut dipandang mampu mengangkat fenomena sosial kemasyarakatan menjadi sebuah karya seni. Sejalan dengan perkembangannya musik dangdut tidak terlepas dari pro dan kontra. Musik dangdut sering dilecehkan, dicap imitasi, tanpa identitas, tidak bermutu,bahkan dangdut juga sering dibilang musik kampungan. Tetapi, musik ini paling mengena di hati rakyat kecil indonesia, lapisan masyarakat yang masih hidup tanpa harapan. Musik dangdut berkisah tentang perjuangan hidup, hak asasi manusia, perbedaan status sosial dan sebagainya. Musik dangdut tidak hanya enak dinikmati tetapi juga memiliki kekuatan menyoroti kehidupan sosial masyarakat Indonesia.


b.Permasalahan


            lagu-lagu dangdut telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat. bahkan sekarang sudah mulai mendunia. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat apa dampak positif maupun dampak negatif yang terdapat dari lagu-lagu tersebut sebagai wujud musik rakyat masa kini. Masalah lain yang tidak kalah penting adalah lagu-lagu dangdut pada umumnya selalu mengungkapkan berbagai masalah sosial manusia seperti ungkapan kesulitan hidup, putus cinta, dan sebagainya.dan sering didengar bahwa lagu-lagu dangdut yang dapat membangkitkan semangat atau yang mampu meningkatkan rasa cinta kepada tanah air.

c. Tujuan


Tujuan utama dari pembuatan artikel ini adalah untuk memberi informasi dan menambah pengetahuan tentang musik dangdut dan mendeskrifsikan nilai-nilai yang terkandung dalam seni musik terutama musik dangdut sendiri,seperti nilai keindahan,harapan,cinta kasih,penderitaan,kegelisahan,tanggung jawab,keadilan dan pandangan hidup.


Bab II
Isi

a. Definisi Musik Dangdut

            Penyebutan nama "dangdut" merupakan onomatope dari suara permainan tabla (dalam dunia dangdut disebut gendang) musik India. Putu Wijaya awalnya menyebut dalam majalah Tempo edisi 27 Mei 1972 bahwa lagu Boneka dari India adalah campuran lagu Melayu, irama padang pasir, dan "dang-ding-dut" India. Sebutan ini selanjutnya diringkas menjadi "dangdut" saja, dan oleh majalah tersebut digunakan untuk menyebut bentuk lagu Melayu yang terpengaruh oleh lagu India.Musik dangdut banyak dipengaruhi oleh unsur - unsur kebudayaan asing seperti Cina Betawi, India, Arab, Barat dan Melayu. Namun ciri - ciri khusus dari suatu jenis musik tetap dibutuhkan untuk membuktikan identitasnya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka untuk menetapkan suatu terminologi atau pengertian tidaklah mudah. Karena itulah definisi dangdut masih selalu dicari-cari oleh para pakar musik dan hingga saat ini belum ada satupun definisi tentang dangdut yang diakui oleh seluruh lapisan masyarakat. Berikut beberapa definisi dangdut menurut  musisi atau seniman dan pakar budaya yang menyoroti musik dangdut.

Remy Silado, seorang wartawan dan pengamat musik menyatakan, “Berkakinya dangdut sekarang layak dianggap sebagai suatu ciri dan bentuk musik hiburan, atau musik pop yang khas Indonesiawi. Artinya, dangdut sebagai musik pop, boleh dikatakan perluasan eksistensi pengembang-biakan, persemaian dari Cina Betawi, Arab, Barat dan India plus kepribadian Melayu yang bercampur aduk menjadi Indonesia.”


b. Sejarah Musik Dangdut


Aliran musik Dangdut lahir setelah ajaran Islam masuk ke Indonesia yang sudah bercampur dengan aliran musik India. Dangdut merupakan salah satu dari genre seni musik yang berkembang hanya di Indonesia. Bentuk musik dangdut ini berakar dari musik Melayu pada tahun 1940-an. Dalam evolusi menuju bentuk kontemporer sekarang masuk pengaruh unsur-unsur musik India (terutama dari penggunaan tabla) dan Arab (cengkok dan intonasi)

Musik ini mulai tumbuh dan berakar sekitar tahun 1940. Musik ini dipengaruhi oleh unsur musik India yang diambil dari alat musiknya yang bernama Tabla atau musik yang menggunakan gendang.Sedangkan cengkok dan harmonisasinya merujuk ke musik Arab. Akhirnya dipadukan oleh pengaruh musik barat yang mulai marak di akhir tahun 1960-an dengan menggunakan gitar listrik..Dangdut bisa dikatakan lebih matang sejak tahun 1970-an.Ciri khas musik dangdut diiringi oleh gendang suling dan joget yang gemulai.Gaya music dangdut sangat popular dan memiliki pengaruh sangat besar pada periode Orde Baru, khususnya tahun 1975-1981. Music ini didominasi oleh denyut irama tarian (joget), dan ditujukan ke mereka yang berusia muda, yaitu para remaja. Cirri tersendiri dalam membawakan warna music ini yaitu cengkokannya, yang disebut blenggo. Dari lirik dan melodinya berkesan mendayu-dayu dengan cengkok-cengkok yang penuh lekukan memanjang pada akhir kalimatnya.Istilah dangdut muncul pertama kali tahun 1972 atau 1973. Istilah music dangdut ini merupakan pembentukan kata yang menirukan bunyi gendang, yaitu dang dan dut, dengan suatu ungkapan dan perasaan yang menghina dari masyarakat lapisan atas (William H. Frederict, 1982).Semangat dangdut bermula pada awal periode colonial. Pada abad 19, pengaruh-pengaruh lain turut diserap. Pada sekitar tahun 1920-an, ensamble Cina Betawi muncul dan dikenal dengan nama gambang kromong, yang merupakan percampuran instrument dan melodi Cina, Sunda, Maluku, dan Portugis. Tak lama setelah itu, ada awal abad 20 musik keroncong diperkenalkan.


Pada tahun 1940-an, keroncong dikenal dengan sebutan umum orkes Melayu (William H. Frederict, 1982), atau dapat dikatakan sebagai awal music gambus, dengan irama Melayu asli (Husein Banwafie, 1990). Pada tahun 1950-an lahir berbagai eksperimen music Melayu yang dimodernisasikan dan banyak dipengaruhi oleh orchestra barat dan irama samba serta rumba. Pada tahun 1960-an berbagai reaksi mulai muncul. Keroncong yang dimodernisasikan sering Nampak lebih elegan dan mendapatkan inspirasi dari luar negeri. Kondisi ini menjadikan para musisi mulai mencari suatu bentuk yang lebih asli, dan mereka menemukannya dalam orkes Melayu tradisional. Seorang penyanyi dari Jakarta bernama Ellya Kadam mengembangkan suatu gaya nyanyian pada produk orkes Melayu dan menciptakan suatu irama dan suara baru (dengan instrument India, Arab, dan gendang Indonesia, suling bamboo) yang meminjam dari music dalam film-film India. Ia memasukkan suatu dinamisme dan sensualitas yang unik kedalam musiknya, dan denyutannya dalam membawakan lagu “Boneka dari India” (syairnya ditulis oleh Husein Banwafie pada tahun 1956). Lagu ini dapat dikatakan sebagai lagu dangdut pertama.

Di akhir tahun 1960-an, bermunculan berbagai kelompok music yang mengadakan inovasi terhadap music. Secara mendasar, mereka memasukkan beberapa elemen music Melayu Deli dan keroncong tradisional dalam tarian mereka. Tema-tema lagu dangdut berupa kenyataan hidup masyarakat sehari-hari. Banyak yang terasa lugas, tanpa ditutupi, hingga bias diterima khalayak dan akan terasa lebih dekat dengan masyarakat (Ukat, 1990). Mulai tahun 1973 Rhoma Irama dengan kelompok Sonetanya mengadakan perombakan syair, maupun instrument music dangdut, dengan berbagai instrument music elektronik. Perombakan itu dilakukan dengan tujuan pembangunan mental spiritual dan juga sekaligus sebagai sarana dakwah. Lagu-lagu yang diciptakannya sangat bergantung pada situasi dan kondisi masyarakatnya. Dengan demikian music tidak hanya berfungsi sebagai pelepas lelah dan hiburan saja, juga sebagai media untuk menyampaikan pesan.Dangdut sangat popular dan sangat berbeda dengan bentuk budaya modern lain di Indonesia. Secara sederhana ia tampaknya sangat berkaitan dengan selera popular yang sangat luas. Perjalanan musik Dangdut mengalami perubahan yang signifikan dari masa ke masa. Kini pada akhirnya Musik Dangdut sudah sangat terkenal tidak hanya di Indonesia namun sudah mencapai mancanegara.




c.Pengaruh dan perkembangan

Qasidah masuk ke Nusantara tahun 635 - 1600
Qasidah masuk Nusantara sejak Agama Islam dibawa para saudagar Arab tahun 635, kemudian juga saudagar Gujarat tahun 900 - 1200, saudagar Persia tahun 1300 - 1600 [3]. Nyanyian Qasidah biasanya berlangsung di masjid, pesantren dakwah agama Islam.

Gambus dan migrasi orang Arab mulai tahun 1870
Gambus adalah salah satu alat musik Arab seperti gitar, namun mempunyai suara rendah. Diperkirakan alat musik gambus masuk ke nusantara bersama migrasi Marga Arab Hadramaut (sekarang Yaman) dan orang Mesir mulai tahun 1870 hingga setelah 1888,[4]yaitu setelah Terusan Suez dibuka tahun 1870, pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara dibangun tahun 1877, dan Koninklijke Paketvaart Maatschappij berdiri tahun 1888. Para musisi Arab sering mendendangkan Musik Arab dengan iringan gambus.
Pada awal abad XX penduduk Arab-Indonesia senang mendengarkan lagu gambus, dan sekitar tahun 1930, Syech Albar (ayah dariAhmad Albar) mendirikan orkes gambus di Surabaya. Ia juga membuat rekaman piringan hitam dengan Columbia tahun 1930-an, yang laku di pasaran Malaysia dan Singapura.


Musik Melayu Deli tahun 1940
Musik Melayu Deli lahir sekitar tahun 1940 di Sumatera Utara bersama Husein Bawafie dan Muhammad Mashabi, kemudian menjalar ke Batavia dengan berdirinya Orkes Melayu.


Dangdut dalam budaya kontemporer

Rhoma Irama menjadikan dangdut sebagai alat berdakwahnya, yang terlihat dari lirik-lirik lagu ciptaannya serta dari pernyataan yang dikeluarkannya sendiri. Hal ini menjadi salah satu pemicu polemik di Indonesia pada tahun 2003, akibat protesnya terhadap gaya panggung para penyanyi dangdut, antara lain Inul Daratista, yang goyang ngebor-nya yang dicap dekaden serta "merusak moral". Jauh sebelumnya, dangdut juga telah mengundang perdebatan dan berakhir dengan pelarangan panggung dangdut dalam perayaan Sekaten di Yogyakarta. Perdebatan muncul lagi-lagi akibat gaya panggung penyanyi (wanita)-nya yang dinilai terlalu "terbuka" dan berselera rendah, sehingga tidak sesuai dengan misi Sekaten sebagai suatu perayaan keagamaan. Dangdut memang disepakati banyak kalangan sebagai musik yang membawa aspirasi kalangan masyarakat kelas bawah dengan segala kesederhanaan dan kelugasannya. Ciri khas ini tercermin dari lirik serta bangunan lagunya. Gaya pentas yang sensasional tidak terlepas dari napas ini.
Interaksi dengan musik lain
Dangdut sangat elastis dalam menghadapi dan memengaruhi bentuk musik yang lain. Lagu-lagu barat populer pada tahun 1960-an dan 1970-an banyak yang didangdutkan. Genre musik gambus dan kasidah perlahan-lahan hanyut dalam arus cara bermusik dangdut. Hal yang sama terjadi pada musik tarling dari Cirebon sehingga yang masih eksis pada saat ini adalah bentuk campurannya: tarlingdut. Musik rock, pop, disko, house bersenyawa dengan baik dalam musik dangdut. Aliran campuran antara musik dangdut & rock secara tidak resmi dinamakan Rockdut. Demikian pula yang terjadi dengan musik-musik daerah seperti jaipongan, degung, tarling, keroncong, langgam Jawa (dikenal sebagai suatu bentuk musik campur sari yang dinamakan congdut, dengan tokohnya Didi Kempot), atau zapin. Mudahnya dangdut menerima unsur 'asing' menjadikannya rentan terhadap bentuk-bentuk pembajakan, seperti yang banyak terjadi terhadap lagu-lagu dari film ala Bollywood dan lagu-lagu latin. Kopi Dangdut, misalnya, adalah "bajakan" lagu yang populer dari Venezuela.

Penyanyi Dangdut yang Terkenal di era tahun 1970-an
·         A. Harris
·         Ellya
·         Hasnah Tahar
·         Husein Bawafie
·         Johana Satar
·         M. Mashabi
·         Munif Bahaswan
·         Said Effendi
·         Rhoma Irama
·         A. Rafiq
·         Camelia Malik
·         Elvy Sukaesih
·         Herlina Effendi
·         Ida Laila
·         Noer Halimah
·         Reynold Panggabean
·         Rita Sugiarto
·         Soneta Group


d. Dampak Positif

Tidak dapat dipungkiri bahwa kehadiran musik dan lagu dangdut membawa dampak atau pengaruh tersendiri terhadap masyarakat penggemarnya, khususnya bagi remaja kota Jakarta, baik yang positif maupun negative. Sangat tidak adil apabila kita hanya menafsirkan music atau lagu dangdut sebagai bentuk seni yang “kampungan” atau “tidak bermutu”.

Contoh dampak Positif dari musik Dangdut.Beberapa lagu dangdut mempunyai makna atau mengandung pesan-pesan moral dan pendidikan, lagu-lagu tersebut mengajarkan atau menasehati agar remaja tidak terlena oleh pengaruh buruk yang diakibatkan kemajuan teknologi. Banyak lagu dangdut yang bertema sosial dan mengangkat realita kehidupan ketika orang-orang terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa, ketika melihat ketidak adilan dan ketidak manusiaan.dan dalam musik dangdut sudah pasti terdapat unsur keindahan sebagai seni dari Indonesia,dan unsur-unsur harapan juga terdapat didalamnya karena kita tahu bahwa banyak lirik lagu dangdut yang mengandung harapan-harapan,seperti lagu-lagu yang diciptakan oleh musisi dangdut indonesia yang terkenal H.Rhoma Irama,dan karya-karya beliau yang  begitu sangat populer baik di Indonesia bahkan sudah mendunia.




Bab III

Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa musik dangdut sekarang ini sangat berpengaruh sebagai seni musik khas dari Indonesia. Dapat kita amati keadaan di lingkungan sekitar kita yang banyak menyukai musik dangdut, dapat dilihat melalui media cetak dan elektronik seperti koran dan televisi yang saat ini sering menampilkan tayangan musik dangdut. Bahkan sering dikatakan bahwa musik dangdut merupakan budaya rakyat Indonesia. Oleh karena itu, kita sebagai generasi muda janganlah malu mengakui musik dangdut sebagai budaya yang berkembang di Indonesia.dalam musik dangdut juga tidak hanya ada unsur keindahannya namun juga mengandung unsur harapan dari dalam liriknya.




Daftar Pustaka


·         Federic, William H,1982, Rhoma Irama and the Dangdut Style Aspercts of Contemporary Indonesia Populer Culture, Indonesia, No. 34.


·         http://pusbangkol.perpusnas.go.id/resensi-1.html

ΓΌ  Terima kasih atas kunjungan Anda.Semoga apa yang terdapat dalam kutipan artikel ini bisa dimengerti dan mampu menjadi sumber informasi mengenai seni musik dangdut di Idonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar