PSIKOLOGI HUMANISTIK
Psikologi
humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu
pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang
memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia.
Psikologi
humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu,
pertama
psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk
memahami sifat dan keadaan manusia.
Kedua, ia menawarkan pengetahuan
yang luas akan kaedah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia.
Ketiga,
ia menawarkan metode yang lebih luas akan kaedah-kaedah yang lebih efektif
dalam pelaksanaan psikoterapi.
Sejarah singkat
psikologi humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul
pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang
berkembang pada abad pertengahan. Pada akhir tahun 1950-an, para ahli
psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas mendirikan
sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji secara khusus tentang
berbagai keunikan manusia, seperti tentang : self (diri), aktualisasi diri,
kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.
Dalam
mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat memperhatikan tentang
dimensi manusia dalam berhubungan dengan lingkungannya secara manusiawi dengan
menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan
menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan
dan pemaknaan. Permasalah
ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental
(1964), sebagai berikut:
1.
Manusia tidak bisa direduksi menjadi
komponen-komponen.
2.
Manusia memiliki konteks yang unik
di dalam dirinya.
3.
Kesadaran manusia menyertakan
kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4.
Manusia mempunyai pilihan-pilihan
dan tanggung jawab.
5.
Manusia bersifat intensional, mereka
mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas.
Hasil
pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan untuk kepentingan
konseling dan terapi, salah satu tokohya adalah dari Carl Rogers dengan
client-centered therapy, yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat
mengarahkan diri dan memahami perkembangan dirinya,
Dalam dunia
psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang dikemukakan
dan dikembangkannya. Terapi yang dikemukakannya itu dinamakan: non-directive
therapy atau client centered therapy.
Non-directive
therapy :
1.
Secara historis lebih terikat kepada
psikologi daripada kedokteran
2.
Mudah dipelajari
3.
Untuk mempergunakannya dibutuhkan
sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian
4.
Lamanya perawatan lebih singkat jika
dibandingkan misalnya dengan terapi secara psikoanalistis.
konselor
dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya dan rencana hidupnya.
Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat dan bersikap:
Menerima (Acceptance)
Kehangatan (Warmth)
Tampil apa
adanya (Genuine)Empati (Emphaty) Penerimaan tanpa syarat (Unconditional positive regard)
.Transparansi
(Transparancy)
Kongruensi (Congruence)